RADIO TRANSMITTER , RECEIVER DAN TRANCEIVER
RADIO TRANSMITTER
Osilator
menghasilkan sinyal pembawa yang diteruskan ke penguat penyangga / buffer
amplifier agar sinyal stabil saat digunakan untuk modulasi. Modulasi yang
stabil kemudian disaring dengan sideband (SSB) filter. Sinyal SSB di mixing pada
mixer circuit yang digunakan untuk menterjemahkan sinyal untuk frekuensi
operasi akhir. Keluaran dari mixer bergantung pada frekuensi carier yang linear
yang kemudian di jalankan dan di kuatkan dengan power amplifier dengan daya
yang sesuai dengan antena (matching impedansi).
LINEAR AMPLIFIER, CLASS C
AMPLIFIER, DAN FREQUENCY MULTIPLIER
Pada umumnya hanya ada dua macam
power ampilfier pada transmitter yaitu: linear & class c.
Linear amplifier merupakan penguat yang sinyal
outputnya mengikuti sinyal inputnya namun dengan peningkatan daya atau
amplitudo. Linear amplifier terdiri dari kelas A , B dan AB.
·
Amplifier Kelas A
Pada amplfier ini arus kolektor
mengalir terus menerus, sehingga Output berbanding lurus dengan input, sehingga
penguat ini menjadi penguat paling linier dibandingkan yang lain. Amplifier ini
mampu menghasilkan output sampai 360 derajat sesuai dengan sinyal inputnya
namun amplifier ini sangat tidak effisien. Karena efisiensinya dibawah 50%.
·
Amplifier Kelas B
Amplifier Kelas B menggunakan bias
cutoff sehingga arus kolektor mengalir hanya 180 derajat dari siklus masukan
atau bisa dibilang setengah dari sinyal masukan. Amplifier Kelas B biasanya
terhubung dalam rangkaian push-pull dimana satu transistor menguatkan
masing-masing setengah dari sinyal input. Sehingga di butuhkan dua transistor
dimana masing – masing transistor mewakili 180 derajat sinyal keluaran agar
linier dengan sinyal inputnya.
Amplifier ini lebih effisien dari
kelas A namun sinyal outputnya sering terdistorsi.
·
Amplifier Kelas AB
Amplifier ini berada disekitar
daerah cutoff. Sehingga amplifier ini dapat mengahasilkan sinyal lebih besar
dari 180 derajat namun kurang dari 360 derajat.
·
Amplifier Kelas C
Amplifier Kelas C memiliki bias
melampaui cutoff. arus mengalir dari 90 derajat sampai 150 derajat dari sinyal
masukan. Sinyal yang melalui kolektor diubah menjadi gelombang sinus terus
menerus oleh rangkaian resonan LC. Sinyal tersebut mengandung banyak gelombang harmonik
yang dapat disaring oleh rangkaian output penala.
Sebuah amplifier kelas C dapat
digunakan sebagai pengali (multiplier) frekuensi dengan menghubungkan pada
rangkaian penala resonan.
IMPENDANCE MATCHING NETWORK
Salah
satu komponen yang terpenting dalam sebuah pemancar adalah matching impedansi.
Sebelum dikirim, sinyal dikuatkan melalui beberapa tahap sebelum mencapai
antena. Untuk mecocokan power sinyal dengan antena diperlukan matching
impedansi yang bisa dihasilkan dari rangkaian resonansi LC , transformator
ataupun keduanya.
TYPICAL RECEIVER CIRCUITS
Bagian
paling penting dari setiap penerima adalah Front End yang terdiri dari penguat RF dan mixer dan
rangkaian penala. Bagian tersebut digunakan untuk memperoses sinyal meskipun sinyal
tersebut lemah. Pada receiver yang didesain dengan frekuensi di bawah 30mhz
tidak digunakan penguat RF karena tidak aktfif. Penguat RF digunakan untuk
menguatkan sinyal yg amplitudonya lemah sehingga dapat digunakan dalam proses
mixing. Penguat RF biasanya dapat menguatkan 10 – 30 dB. Penguat RF biasanya
adalah penguat kelas A. Jika penguat RF mengunakan BJT maka hanya digunakan
untuk frekuensi rendah. Namun jika menggunakan FET maka digunakan untuk
frekuensi VHF bahkan UHF. Penggunaan transistor jenis FET seperti JFET dan
MOSFET lebih effisien dibanding BJT karena lebih sedikit daya dan lebih aman
dari noise. Pada penerima RF antena langsung dihubungkan ke basis transistor.
Hal ini untuk mebuat pita jaringan lebih luas dan penguat dapat menguat kan semua
sinyal yg melalui antena sekaligus.
Bagian
terpenting lainnya pada receiver adalah IF amplifier. Penguat ini digunakan
sebagai penseleksi sekaligus penguat dari sinyal yang diterima dan penguat ini
sangat stabil. Frekuensi kerja penguat ini yang terbaik adalah pada frekuensi
455khz sd 10Mhz. Penguat IF biasanya menggunakan transistor jenis BJT dari pada
FET. Namun pada saat ini , digunakan IC khusus untuk mengimplementasikan IF
amplifier.
Pada
penerimaan sinyal yang mebutuhkan lebar pita yang lebar digunakan teknik
overcouple tuned circuit. Dimana penguat ini dihubungkan pada transformator
yang masing – masing intinya dicouple dengan kapasitor agar beresonansi. Pada
penerima sinya FM, penguat IF digunakan sebagai pembatas amplitudo sehingga amplitudo
pada proses modulasi FM bernilai tetap.
Setiap komponen pada receiver memiliki karakterisitik
penguatnya masing – masing. Misalnya penguat RF dapat melaukakan penguatan 5 sd
10 dB, Mixer 6 sd 10 dB dan penguat IF 20
sd 30 dB, detektor -2 sd -5 dB dan audio amplifier 20 sd 40 dB. Sehingga kita
dapat menetukakan penguatan total dari suatu receiver. Contoh :
RF amplifier :
9dB
Mixer :
4dB
IF amplifier (3 tingkat) :
27dB
Detector :
-3dB
Audio amplifier :
30dB
Sehingga penguatan totalnya adalah = 9+4+27+27+27-3+30=
121 dB
Namun
pada banyak kasus , penguatan yang didapatkan suatu penerima nilainya sangat
jauh dari perhitungan. Ini disebabkan ganguan atau distorsi sehingga sinyal
yang didapat menguat atau pun melemah. Sehingga perlu dilakukan suatu metode
untuk mengatasinya. Salah satu cara untuk menatasinya adalah menggunakan AGC (Automatic
Gain Circuit).
AGC
adalah suatu sistem feed back yang dapat mengontrol penguatan sinyal pada
receiver. Ketika sinyal yang diterima lebih lemah dari penguatan aslinya maka
AGC akan menguatkannya begitu juga ketika sinyal yang diterima sangat kuat maka
akan dilemahkan. Didalam AGC terdapat Dynamic range untuk memperhitungkan
sinyal yang masuk pada receiver sehingga bisa dikuatkan dan dilemahkan. Nilai
Dynaimc range pada AGC berkisar antara 60 sd 100dB.
Sistem
feedback lain yang mirip dengan AGC namun bekerja pada frekuensi tinggi adalah
AFC (Automatic Frequency Control). Tujuan dibuatnya AFC adalah untuk
menjaga LO pada frekuensi. Pada receiver, ketika frekuensi dibawah 100 MHz maka
akan terjadi ketidak stabilan sistem. Sehingga perlu distabilkan dengan AFC
sehingga frekuensinya tetap stabil.
Sistem
lain yang digunakan pada receiver adalah CTCS (continous tone control squlech)
sistem ini biasanya digunakan untuk menstabilkan sinyal audio yang berfrekuensi
rendah. Pada sitem komunikasi , CTCS digunakan untuk membuat saluran (chanel)
komunikasi untuk menjaga privasi komunikasi.
TRANSCEIVER AND FREQUENCY SYNTHESIZER
Pada
saluran komunikasi terdapat perangkat transmitter untuk mengirim dan receiver
untuk menerima sinyal yang terpisah. Namun seiring berjalannya waktu ,
kebutuhan untuk alat komunikasi dua arah menjadikan hal itu tidak effisien.
Pada umumnya desain perangkat transmitter dan receiver memiliki banyak komponen
yang sama seperti antena, osilator, catu daya, rangkaian penala, filter, dan
bermacam – macam penguat. Sehingga agar perangkat tersebut memiliki rangkaian
yang lebih sedikit, biaya yang lebih sedikit dan ukuran yang lebih kecil,
diciptakanlah sebuah alat yang disebut Transceiver (Transmitter – Receiver)
yang merupakan kombinasi dari transmitter dan receiver.
Pada
transceiver , rangkaian yang digunakan untuk transimtter dan receiver adalah
sama namun digunakan pada waktu yang berbeda secara bergantian. Pada desain
tranceiver yang terbaru rangkain tersebut dinamakan frequncy synthesizer. Frekuensi
synthetizer adalah pembangkiat frekunesi variabel, yang dapat mengantikan satu
atau lebih LO atau Carrier osilator pada transceiver yang dapat menghasilakan
frekuensi yang stabil seperti kristal osilator namun dapat digunakan dalam
jangka yang panjang.
Uji
Mandiri bagian 6 Radio Transmitter
1.
Transmitter
paling sederhana adalah rangkaian osilator.
2.
Informasi
dikirim dalam bentuk titik-titik
kode dan putus-putus
dinamakan transmisi gelombang
berkelanjutan (Continuous – Wave) dan biasa disingkat menjadi CW.
3.
Frekuensi
tetap atau saluran operasi pada transmitter dihasilkan dengan menggunakan osilator kristal.
4.
Sebuah
amplifier (penguat) yang memisahkan gelombang pembawa (carrier) dikenal sebagai
penguat Buffer.
5. Tahapan tengah kekuatan amplifier
(penguat) dalam sebuah transmitter biasanya mengacu pada drivers.
6. Hasil dari penguat RF dalam sebuah
transmitter terkadang disebut final.
7.
Rangkaian
audio dimana berkelebihan sinyal bandwidth dan termodulasi berlebih dinamakan speech-processing circuits.
8. Dalam pemancar FM, penguat khususnya
disebut frequency multipliers untuk
meningkatkan frekuensi pembawa dan mengurangi hilangnya nilai keluaran.
9. Dalam pemancar SSB, frekuensi hasil
keluaran biasanya dihasilkan oleh rangkaian mixer
sebelum dikuatkan.
10. Tingkat kekuatan sinyal SSB harus
ditingkatkan oleh penguat linier untuk
mencegah distorsi.
11. Sinyal modulasi frekuensi menggunakan
penguat kelas C untuk penguatannya.
12. Linier amplifier digunakan untuk
membangkitkan sinyal AM dan SSB.
13. Sebuah amplifier kelas C digunakan untuk meningkatkan kekuatan sinyal FM.
14. Penguatan linier beroperasi pada kelas A, B dan AB.
15. Sebuah transistor kelas A memiliki
efisiensi 50%. Nilai keluaran adalah 27W, daya yang hilang dalam transistor tersebut
adalah 27W.
16. Penguatan kelas A menerima 360o sebuah
gelombang sinus sebagai input.
17. Benar atau salah. Tanpa input, sebuah
penguat kelas B tidak akan berfungsi? Benar.
18.
Penguat
kelas B RF secara normal digunakan pada konfigurasi tarik ulur.
19. Sebuah penguat kelas C menerima untuk
mengubah 90o ke 150o sinyal
input.
20.
Dalam
penguat kelas C, aliran arus kolektor dalam bentuk denyut (sinusoidal).
21. Dalam penguatan kelas C, hasil keluaran
berupa sinyal lengkap dihasilkan oleh rangkaian
resonansi dan penala.
22. Efisiensi penguatan kelas C dalam
jangkauan 60% sampai 80%.
23. Rangkaian penala dalam kolektor penguatan
kelas C bekerja sebagai penyaring untuk menghilangkan harmonik.
24. Sebuah penguat kelas C dimana nilai
keluaran rangkaian penala sama dengan nilai pengali dari frekuensi masukan
disebut frequency multipliers.
25.
Frekuensi
pengali dengan faktor 2, 3, 4, 5 berurutan. Masukan sebesar 1.5 mhz. Maka nilai
output adalah 180mhz.
26. Sebuah penguatan kelas C memiliki sumber
tegangan DC 28V dan rata rata arus kolektor 1.8A. Daya input adalah 50,4W.
Uji
Mandiri Bagian 7 Communication Receivers
53.
Penguatan
RF menghasilkan inisial gain dan
pilihan pada sebuah receiver tapi
juga menambahkan noise.
54. Sebuah noise lemah transistor cenderung
pada frekuensi gelombang microwave MESFET
atau GASFET terbuat dari gallium
arsenide.
55. Kebanyakan gain dan penyaringan dalam
panas berlebih berada pada penguatan IF.
56. Penyaringan dalam penguatan IF biasanya
dihasilkan akibat penggunaan rangkaian
penala diantara prosesnya.
57. Lebar pita dalam rangkaian penala ganda
berubah seiring sudut mutual inductance diantara
perputaran primer dan sekunder.
58. Dalam rangkaian penala ganda, minimal lebar
pita berada dengan dibawah kopling, maksimal lebar pita dengan melebihi kopling
dan puncak keluaran berada pada optimal atau kritis kopling.
59.
Sebuah
penguatan IF bahwa klip puncak positif dan negatif dari sinyal disebut limiter
60. Kliping terjadi pada amplifier karena transistor didorong oleh sinyal tingkat tinggi ke cut off, saturasi.
61. Keuntungan dari penguat bipolar kelas A dapat bervariasi dengan mengubah arus kolektor
62. Gain RF – IF keseluruhan penerima adalah sekitar 100 db
63. Menggunakan amplitudo sinyal yang masuk untuk mengontrol gain dari penerima dikenal sebagai pengontrol gain otomatis.
64. Rangkaian AGC bervariasi gain dari IF amplifier.
65. Kontrol tegangan DC AGC berasal dari rangkaian penyearah terhubung ke penguat IF atau deteksi keluaran.
66. Sebaliknya AGC adalah di mana peningkatan amplitudo sinyal menyebabkan pengurangan dalam arus kolektor pada penguat IF.
67. AGC bias maju menggunakan peningkatan amplitudo sinyal untuk meningkatkan arus kolektor dimana mengurangi gain dari penguat IF.
68. AGC dari penguat diferensial yang dihasilkan dengan mengendalikan arus yang dihasilkan oleh sumber arus konstan transistor.
69. Dalam dual-gate MOSFET IF amplifier, tegangan dc AGC diterapkan pada gerbang kontrol.
70. Nama lain untuk AGC di penerima AM adalah kontrol volume otomatis.
71. Dalam penerima AM, tegangan AGC berasal dari detektor dioda.
72. Sinyal masukan yang besar menyebabkan keuntungan dari penerima menjadi pengurang AGC.
73. Sebuah rangkaian AFC mengoreksi pelayangan frekuensi di rangkaian osilator lokal.
74. Tegangan AFC kontrol berasal dari rangkaian demodulator dalam penerima.
75. Sebuah kapasitor variabel tegangan digunakan dalam rangkaian AFC untuk memvariasikan LO frekuensi.
76. Sebuah sirkuit yang blok audio sampai sinyal yang diterima disebut sirkuit memadamkan.
77. Dua jenis sinyal yang digunakan untuk mengoperasikan sirkuit memadamkan audio noise.
78. Dalam sistem CTCS, frekuensi nada rendah untuk membangkitkan rangkaian pemadam.
79. Sebuah BFO diperlukan untuk menerima SSB dan sinyal CW.
Komentar
Posting Komentar